Minggu, 20 Juni 2010

Tiga Ribu Warga Minum Air Kali

Rabu, 16 Juni 2010
 
BAJAWA, Pos Kupang.Com -- Sejak Kabupaten Ngada terbentuk 53 tahun lalu hingga saat ini, warga dua desa di Kecamatan Bajawa   kekurangan air bersih pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan sekitar 3.000 jiwa warga Desa Wawowae dan Beiwali  terpaksa mengonsumsi air kali yang tidak layak minum.

Bahkan warga dua desa ini harus berebutan air di kali. Lokasi air minum berjarak sekitar 3 km dari pemukiman dan lokasi air itu juga  menjadi kubangan kerbau.

Tokoh masyarakat setempat, Bernardus Wea (55), yang juga mantan Kepala Desa Wawowae, Kecamatan Bajawa, kepada Pos Kupang di Wawowae, Selasa (15/6/2010), mengatakan, sesuai standar kesehatan air minum yang saat ini dikonsumsi warga Wowowae tidak layak karena sumber air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga diambil dari air kali.

"Kalau orang mampu biasa membeli air tangki. Sedangkan yang tidak mampu ramai-ramai turun ke kali," katanya.
Dia menjelaskan, mereka terpaksa mengonsumsi air minum
dari kali dan kubangan kerbau karena tidak ada yang lebih layak
untuk dikonsumsi.

Selain itu, permohonan kepada pemerintah untuk memperhatikan air bersih sudah berkali-kali diajukan warga kepada pemerintah. Namun hingga saat ini keluhan tersebut belum mendapat tanggapan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di daerah ini.

"Kami hanya berjarak 3 km dari pusat kota. Namun  selama ini kami terus ditelantarkan pemerintah," katanya.

Hal senada dikatakan empat  tokoh masyarakat, masing-masing Don Bosco Wea (40), Aurelius Doy, S.Sos (31), Nikolaus
Moka (57), Nikolaus Mbue (42) dan Petrus Nono, Kepala Desa Beiwali.

Mereka mengaku kebutuhan air bersih untuk warga Kota Bajawa disuplai dari sumber air yang ada di wilayah dua desa tersebut. "Sudah tidak ada cara lain yang lebih santun bagi kami untuk menyampaikan hal ini kepada pemerintah," kata Mbue.
Mereka mengancam, memboikot pipa yang disalurkan dari lokasi mata air tersebut untuk kebutuhan air bersih warga dalam kota. Hal ini akan dilakukan warga apabila pemerintah tidak memperhatikan kebutuhan air mereka.

Selain itu, proyek air bersih untuk Watujaji dan Langa yang diambil dari sumber air di lokasi itu juga akan diboikot warga. "Kami kekeringan, sementara air dari daerah kami dieksploitasi untuk kepentingan warga di kota," kata Doy.(ee)

Di Alor, Balita Gizi Buruk Meninggal

Senin, 21 Juni 2010 
KALABAHI, POS KUPANG.Com -- Burhan Bere (1 tahun lebih), balita gizi buruk dengan kategori marasmus dan kwashiorkor meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kalabahi, Jumat (18/6/2010) dini hari. Bere sempat menjalani perawatan beberapa hari di rumah sakit.

Kepala Perawatan Bangsal Anak RSUD Kalabahi, Yosafat Laka, yang dikonfirmasi Pos Kupang di RSUD Kalabahi, Sabtu (19/6/2010) petang, membenarkan kejadian itu. Laka mengatakan, ketika dibawa ke rumah sakit, bocah naas itu sudah dalam keadaan gawat. "Anak tersebut sudah dikategorikan marasmus dan kwashiorkor. Badannya kurus dan perutnya buncit," ungkap Laka.

Laka mengatakan, petugas medis telah memberikan pertolongan maksimal sejak balita itu diantar oleh orangtuanya ke rumah sakit. "Untuk lebih jelasnya bisa tanya kepada dokter anak mengenai kondisi pasien itu saat dirawat beberapa hari sebelum meninggal," kata Laka.

Ditanya soal pasien gizi buruk yang lain, Laka mengatakan, ada dua balita laki-laki, yakni Christian Kafelfui (6 bulan) dan Egi (1 tahun lebih). Menurut Laka, kedua bocah ini kondisinya lebih baik dan sudah dibawa pulang ke rumah masing-masing. "Kedua anak ini tinggal diperhatikan atau diurus secara baik oleh orangtua di rumah. Beri makanan yang ada nilai gizinya," harap Laka.

Lodia Kafelfui, ibu dari Christian Kafelfui, ditemui Pos Kupang di Sal Anak mengatakan, Christian dirawat di RSUD Kalabahi setelah mendapat rujukan dari Puskesmas Mebung di Kecamatan Alor Tengah Utara (ATU).

Lodia mengatakan, Christian menderita gizi buruk dua bulan setelah lahir. Pasalnya, kata Lodia, sejak lahir Christian tidak pernah menerima Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. "Christian hanya makan bubur saring. Sedangkan air susu tidak pernah diberikan karena air susu saya kering," kata  Lodia.

Lodia mengaku tidak tahu mengapa sehingga air susunya kering.  Padahal saat hamil, setiap hari dia mengonsumsi makanan dengan lauk yang cukup dan  sayuran. Dia juga rajin ke posyandu membawa Christian untuk ditimbang dan mendapat penyuluhan mengenai upaya mengatasi gizi buruk anak.

"Apa yang kita dapat di posyandu, kita berusaha masak makanan dengan yang ada kandungan gizinya, tetapi tetap gairah makan Christian begitu saja," kata Lodia yang berasal dari Takalelang, Desa Lembur Barat, Kecamatan ATU.

Setelah dirawat di RSUD Kalabahi, kata Lodia, berat badan Christian naik beberapa gram menjadi 3, 6 kg. "Petugas medis sudah izinkan kita pulang. Petugas pesan, nanti selalu bawa Christian ke rumah sakit untuk kontrol perkembangan berat badan dan kesehatannya," tandas Lodia yang sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membantu suaminya yang berprofesi sebagai petani.

Data yang diperoleh Pos Kupang, kasus meninggalnya balita gizi buruk yang terjadi, Jumat (18/6/2010) dini hari, merupakan kasus pertama balita gizi buruk yang meninggal di Kabupaten Alor dalam tahun 2010 ini. (oma)

Anggota Polres Rote Hamili Dua Wanita

Senin, 21 Juni 2010 
 
BA'A, Pos Kupang.Com -- Oknum anggota Polres Rote Ndao, Bripda Muhamad Syafrisal Abas, menjalani sidang kode etik profesi di Mapolres Rote Ndao, Sabtu (19/6/2010). Dia diduga menghamili dua wanita sekaligus, yakni DS dan SM. Kedua wanita tersebut sudah melahirkan anak mereka. Oknum anggota polisi tersebut terancam dipecat.

Sidang kode etik dipimpin Wakapolres Rote Ndao, Kompol I Nyoman Widjana selaku ketua komisi kode etik Polres Rote Ndao, didampingi Kabag Bina Mitra, AKP Jacob Seubelan, S.H dan AKP I Gusti K Swartika selaku wakil ketua dan sekretaris komisi kode etik. Sidang ini dihadiri DS dan SM, yang dihamili oknum polisi ini.

Dalam  sidang kode etik tersebut, dua wanita itu mengaku, mereka dihamili oknum polisi Bripda Abas dengan janji akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Saat oknum polisi tersebut menjalin hubungan cinta dengan kedua wanita ini, masing masingnya tidak mengetahui satu sama lain bahwa oknum polisi ini memiliki dua pacar sekaligus.

Setelah mereka hamil dan meminta pertanggungjawaban Abas,  menurut DS dan SM, Bripda Abas justru menolak bertanggung jawab dan enggan menjadikan mereka sebagai calon istri yang sah. Merasa dipermainkan, kedua gadis ini kemudian melapor ke Polres Rote Ndao dan mendesak MSA bertanggung jawab atas perbuatannya.

Bantah Menghamili
Menanggapi keterangan kedua wanita tersebut, Bripda  Muhamad Syafrisal Abas selaku terperiksa membantah telah menghamili keduanya. Menurut Abas, dirinya memang pernah berpacaran dengan kedua wanita tersebut, tapi tidak pernah melakukan hubungan intim layaknya suami-istri. Karena itu, dirinya tidak mengetahui bagaimana sampai kedua wanita itu bisa hamil.

Abas hanya mengakui pernah mencium kedua wanita tersebut saat mereka masih berstatus pacaran, tapi tidak pernah melakukan hubungan suami-istri atau hubungan intim sehingga dirinya membantah menghamili dua wanita itu.

Ketika ditanya tentang hasil tes DNA yang menunjukkan bayi yang dihamili dan dilahirkan kedua wanita itu benar anak-anaknya, Bripda Abas mengatakan, hasil tes DNA boleh menunjukkan hasil seperti itu, tapi dirinya tidak pernah melakukan hubungan intim dengan kedua wanita tersebut.

Terhadap keterangan kedua korban dan keterangan oknum Bripda  MSA selaku terperiksa, Wakapolres Rote Ndao, Kompol Nyoman Widjana sebagai ketua komisi kode etik Polres Rote Ndao, mengatakan, kesimpulan sidang kode etik profesi ini akan dilaporkan kepada Kapolres Rote Ndao, AKBP Johanies Riyanto, S.IK, untuk dipertimbangkan dan diambil keputusan, apakah MSA dinyatakan bersalah atau  tidak. (mar)

Harga Kakao dan Kopra di Watuneso Merosot

Jumat, 18 Juni 2010
Dipermainkan Tengkulak
 
ENDE, Pos Kupang.Com-- Harga hasil bumi seperti kakao dan kopra milik petani di Kelurahan Watuneso, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende merosot. Kondisi ini sangat merugikan petani setempat.  Pasalnya, harga hasil bumi seperti kakao dan kopra selalu naik turun/tidak stabil membuat petani selalu merugi. Petani minta pemerintah campur tangan soal harga.
Demikian keluhan beberapa petani Watuneso, kepada Pos Kupang, Kamis (17/6/2010) siang.

Para petani ini, yakni Grasia Pah, Yuliana Seja, Emerensiana Seku, dan Yudith Ndeo. Mereka mengeluh soal harga kakao yang tidak stabil dan cenderut mersot harganya. Kondisi ini sudah berlangsung lama. Anehnya, pemerintah tidak memberikan sanksi kepada para tengkulak ini.

"Perubahan harga terjadi setiap minggu. Kadang harga baik tapi lebih banyak yang harganya merosot," kata Grasiana
Dijelaskannya, harga kakao dari Rp 20 ribu/kg turun menjadi Rp 15 ribu/kg. Harga yang tidak stabil ini membuat petani bingung.


"Harga sudah tidak baik lalu hasil kakao juga menurun karena  diserang hama. Kami bingung dan pusing. Kami sebagai etani hanya pasrah dan tidak bisa buat apa lagi," kata Grasiana.
Hal yang sama dipaparkan Yuliana. Dia mengatakan, selain kakao, harga kopra mersot dan membingungkan petani di Watuneso.

"Penjual kopra paling banyak dari wilayah Paga dan Maumere. Hari ini harganya lain dan besok sudah lain lagi harganya. Kami terpaksa menjual saja yang penting cepat terjual dan kami bisa membeli beras untuk makan," kata Yuliana.
Para tengkulak ini, kata Yuliana, sering menurunkan harga semaunya. Petani dibuat tak berdaya dan tidak mendapat untung. Petani memilih mencari pekerjaan lain seperti menjual kayu bakar di jalan negara.

Dijelaskannya, hasil kopra setiap tahun selalu melimpah. Namun petani tidak pernah untung karena permainan harga dari para tengkulak. "Tanaman kakao dan kopra juga terkena serangan hama," kata Yuliana.(ris)

Lubang Mangan Telan Tiga Nyawa

Kamis, 17 Juni 2010
 
KEFAMENANU, POS KUPANG.Com---Lubang galian mangan kembali 'menelan' korban. Oktovianus Sasi (38), Feliks Teti (40), dan Marsel Lafu (52)  warga Desa Bakitolas, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Selasa (15/6/2010) lalu, tewas tertimbun longsoran saat menggali tanah mencari mangan.

Kepala Desa Bakitolas, Lukas Lii Falo, S.Ip, yang dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (16/6/2010), mengatakan, bencana tragis itu berlangsung sekitar pukul 15.00 Wita pada hari naas. Awalnya, hanya salah satu korban yang berhasil dievakuasi. Sedangkan dua lainnya harus membutuhkan bantuan alat berat karena tertimbun pada kedalaman sekitar tujuh meter.

Menurut Falo,  kejadian itu berawal ketika ketiga korban ini pada siang harinya menggali mangan seperti biasa. Pekerjaan itu telah mereka tekuni beberapa bulan belakangan ini. Lokasi naas itu mereka pahat dan gali membentuk terowongan pada kaki bukit. Kedalamannya diperkirakan 7 meter.

Tak dinyana, saat lagi asyik memahat dan menggali, bongkahan batu dan tanah yang dipahat ambruk dan menimbun para korban. Satu korban berhasil dievakuasi warga dan para penggali mangan. Sedangkan dua korban sulit dievakuasi akibat medan dan kedalaman lubang galian.

Falo menjelaskan, warga sempat mengalami kesulitan saat mengevakuasi para korban karena lokasi galian mangan itu terletak di bukit yang terjal. Selain itu, lokasi itu juga jauh dari permukiman warga dan keterbatasan alat bantu. Dua korban baru dievakuasi tengah malam.

Falo menjelaskan, masing-masing korban telah berkeluarga dan memiliki tanggungan anak-anak. Ketiga korban tewas telah  dimakamkan  Rabu (16/6/2010) petang.

Berdasarkan informasi warga setempat, telah lima warga yang menjadi korban pada lokasi galian mangan itu. Empat orang tewas dan satu korban lainnya masuk rumah sakit dan dirawat  selama satu bulan. (dd)


Korban  Mangan

  1. 17 AGUSTUS 2009: Daud Lomi Pita (48), warga RT 22/RW 06 Dusun C, Desa Tubuhue Kecamatan Amanuban Barat, TTS, meninggal akibat tertimbun galian mangan.
  2. 2 OKTOBER 2009: Dua warga Kelurahan Naioni, yaitu Simon Linsini dan Etri Linsini, tewas tertimbun tanah di lokasi penambangan mangan. Keduanya tewas saat sedang menggali batu mangan.
  3. 6 OKTOBER 2009: Empat penambang mangan di Kiumabun, Desa Oebola Dalam, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, tewas tertimbun ketika sedang menggali batu mangan. Empat warga itu adalah Melianus Bariut (51), Petrus Sabloit (38), Ambrosius Seran (11) serta Marice Ton (38).

  4. 18 OKTOBER 2009: Dua warga Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Belu, yaitu Klara Abuk (50) dan Hans (30) tewas tertimbun tanah ketika menggali batu mangan di Tuataun, Kecamatan Feoana, TTS.
  5. 1 Desember 2009: Agustinus Sila (30), warga RT 09 Lingkungan II, Kelurahan Oelami, Kecamatan Bikomi Selatan, Timor Tengah Utara (TTU), tewas mengenaskan dalam lubang tambang mangan di kawasan Fatukoto. Sementara rekannya, Timotius Sali Lisu (29), sekarat dan dirawat intensif di Rumah Sakit Umum (RSU) Kefamenanu.
  6. 27 Februari 2010 -- Marsel Amnesi (30), warga RT 20/RW 2, tewas  tertimbun longsoran tanah di lokasi penggalian mangan Oelnunfafi,  wilayah Kelurahan  Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang.
  7. 5 Mei 2010: Remon Aklili (8), murid kelas II SDI Oelusapi, Dusun III, Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, tewas tertimbun bongkahan tanah saat menggali batu mangan.(ati)

Tiga PRT asal Manggarai Tersiksa di Medan

Senin, 14 Juni 2010 
Badan Tinggal Tulang dan Kudisan
 
Rosi Nunet salah seorang PRT yang disiksa majikannya di Medan.



BORONG, POS KUPANG.Com -- Kisah sedih tentang pembantu rumah tangga (PRT) terulang. Kali ini menimpa tiga perempuan muda asal Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).

Selama 17 bulan bekerja sebagai PRT di Medan, Sumatera Utara mereka sungguh tersiksa. Bekerja tanpa gaji dan disiksa majikan. Saat pulang ke kampung halaman badan mereka tinggal tulang dan kudisan.

Ketiga wanita malang itu adalah  Rosiana Nunet (21) asal Kampung Sola, Desa Ruan, Kecamatan Kota Komba, Imaculata Endu (23) asal Kampung Melar, Kecamatan Kota Komba, dan Herlinda Meo (23) asal Kampung Wejang Kalo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Matim. Ketiga perempuan ini direkrut Hendrikus Lassa alias Kuang, warga  Manggarai.

Saat ditemui FloresStar di rumahnya, Sabtu (12/06/2010), Rosi Nunet mengatakan, pada tanggal 29 Januari 2009, Hendrikus Lassa alias Kuang menemuinya di rumah. Saat itu Kuang menjanjikan pekerjaan sebagai PRT di Surabaya dengan gaji Rp 400 ribu per bulan dengan kontrak kerja selama dua tahun.

Mendapat tawaran kerja dengan gaji sebesar itu, orangtua Rosi langsung mengiyakannya dan mengizinkan Rosi pergi ke Surabaya melalui Ruteng. Setibanya di Ruteng, Rosi menetap sementara di rumah  dokter Yeni untuk mengurus KTP.


Ternyata Rosi bukan ke Surabaya tetapi ke Medan melalui Denpasar. Dokter Yeni diketahui sebagai anak dari majikan di Medan. Setiba di Medan, ia dipekerjakan pada majikan bernama Posiman Tuaca alias Asom sebagai pembantu rumah tangga.
Menurut Rosi Nunet, dia bekerja tanpa istirahat yang cukup. Demikian pula dengan makanan. Dia diberi makan seadanya dan tidak teratur. Dalam sehari kadang hanya makan mie instan satu bungkus. Tidur pun di lantai tanpa kain dan kasur.

Rosi mengaku sering disiksa istri Asom bernama Mariana  dan anaknya, Beny yang berumur sekitar 30-an tahun. "Kami disiksa, dipukul, rambut dijambak hingga tercabut. Kami juga sering tidur di luar rumah dan tidak dikasih makan, " tutur Rosi Nunet yang badannya penuh kudis.

Menurut Rosi, badannya penuh kudis karena terkena air sabun secara terus-menerus. Dia juga kerja sehari penuh mengepel rumah berlantai empat tanpa istirahat.

Setelah lima bulan Rosi Nunet  berada di Medan, dua rekannya
Imaculata Endu dan Herlinda Meo menyusul. Mereka bertiga bekerja pada majikan yang sama dan sering alami penyiksaan.
Pengakuan senada disampaikan Linda -- panggilan akrab Herlinda Meo  dan Ima -- sapaan Imaculata  saat ditemui FloresStar secara terpisah di kediaman mereka. Menurut Linda dan Ima, mereka dijemput Kuang pada tanggal 7 Mei 2009 untuk bekerja di Medan dengan gaji Rp 350 ribu per bulan.

Nasib mereka ternyata sama seperti Rosi Nunet. Mereka kerap disiksa dengan alasan kerja tidak beres. Mereka bahkan sempat makan beras mentah dan nasi bungkus yang sudah dibuang di tempat sampah. "Kami makan pagi pada jam tiga sore, makan siang pada jam lima sore dan makan malam sekitar jam 12 malam atau jam satu. Tidak ada jam istirahat. Kami kerja terus dari jam enam pagi sampai jam satu malam. Kami pel rumah berlantai empat tanpa istirahat," kata Linda

Tak tahan siksaan ketiganya minta pulang. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2010, mereka bertiga pulang ke Manggarai  dengan biaya ditanggung sendiri.  Sampai di Ruteng, Rosi Nunet diberi uang senilai Rp 3.450.000, obat salep kulit dan vitamin oleh Kuang dan melarang mereka menceritarakan kepada keluarga tentang apa yang mereka alami selama di Medan. Sedangkan Linda dan Ima masing masing mendapat uang senilai Rp 1.550.000 ditambah obat dan vitamin.


Seperti Binatang
Rosi Ima dan Linda meminta Hendrikus Lassa alias Kuang bertanggung jawab atas penderitaan fisik mereka selama di Medan. "Kami tidak tuntut apa-apa. Yang kami minta, Kuang bertanggung jawab mengembalikan kondisi kami seperti dulu. Kami diperlakukan seperti binatang," kata Rosi Nunet.

Ibu dan kakak kandung Nunet, Anastasia Naul (50) dan Fransiskus Papung (32) kepada FloresStar mengatakan tidak bisa menerima perlakuan terhadap anak mereka. "Kami tidak terima perlakuan seperti ini. Kuang harus bertanggungjawab atas anak kami karena saat itu Kuang datang dan janji muluk-muluk, katanya kerja baik dan dapat gaji. Tahu-tahunya anak kami malah dibuat seperti binatang. Pulang dalam keadaan kurus kering dan penuh kudis," kata Naul.

Lain dengan Bonafasia Jain, ibu kandung Herlinda Meo. Dia mengaku sangat marah dan hampir pingsan saat pertama kali melihat kondisi putrinya. "Waktu kami dengar mereka mau pulang, kami sangat senang. Tapi waktu mereka datang, saya hampir pingsan lihat badannya yang kurus kering dan penuh kudis. Saya tidak mau ketemu dia (Linda, Red)," kata Jain. (gg)

Kantongi izin Orangtua


HENDRIKUS Lassa alias Kuang, yang dikonfirmasi FloresStar di kediamannya, Sabtu (12/06/2010), mengatakan saat menjemput ketiga wanita itu ada surat izin dari orangtua mereka masing-masing.

Dia mengaku menjemput mereka secara terpisah untuk bekerja pada keluarganya di Medan. "Ada surat izinnya. Rosi yang kerja lebih dahulu pada bulan Januari 2009 dengan gaji Rp 400 ribu per bulan selama dua tahun. Linda dan Ima dapat  350 ribu per bulan. Mereka pulang lebih awal atas permintaan sendiri sehingga semua biaya ditanggung sendiri," kata Kuang sambil menunjukkan surat pernyataan yang ditandatangani ketiga perempuan itu di atas meterai enam ribu.

Ketika FloresStar meminta kopian surat itu, Kuang sempat menolak. Namun, setelah diberi penjelasan, dia mempersilakan mengutip surat pernyataan itu. Surat berisi pernyataan tidak menuntut majikan atau siapapun terkait tindakan fisik yang dialami dan tentang gaji. Berhubung mereka pulang lebih cepat dari kontrak maka semua biaya ditanggung sendiri.

Mengenai kondisi ketiga PRT, Kuang mengaku tidak pernah membayangkan sampai terjadi penyiksaan seperti itu. Menurutnya, dia merekrut tiga gadis ini atas permintaan dr. Yeni yang merupakan calon istri saudaranya, dr. Ervan di Ruteng untuk bekerja di Medan sebagai pembantu.
"Kami masih ada hubungan keluarga sehingga ketika ada permintaan untuk mencari tenaga yang bisa membantu kerja di rumah, saya langsung cari," katanya. (gg)

Air PDAM Ende Tercemar E Coli

Jumat, 11 Juni 2010
 
ENDE, POS KUPANG.Com -- Air yang disalurkan  Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)  Ende tidak layak dikonsumsi manusia karena tercemar bakteri E Coli. Bakteri E Coli adalah kuman yang  terdapat di dalam usus manusia atau binatang yang biasanya keluar lewat kotoran atau tinja.

Demikian hasil pemeriksaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Ende terhadap sampel air PDAM di sejumlah wilayah seperti pada jaringan perpipaan Woloare dan jaringan perpipaan Melati.

Kepada FloresStar di Ende, Kamis (10/6/2010), Kepala UPTD Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Petrus H Djata menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel air PDAM Ende disimpulkan bahwa secara fisik dan kimia air PDAM Ende tidak ada masalah. Namun, secara bakterilogis ditemukan bakteri E Coli sehingga tidak memenuhi syarat kesehatan.

Menurut hasil analisa, kata Petrus, ada penyimpangan bakterilogis pada sampel-sampel tersebut yakni kontaminasi mikroorganisme melalui penyusupan air kotor pada bagian patahan pipa. Untuk itu direkomendasikan agar meningkatkan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran. Selain itu meningkatkan kualitas air melalui desinfeksi air dengan dosis yang tepat.

Petrus Djata mengatakan, menurut hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa air PDAM Ende tidak layak untuk dikosumsi manusia. Dia mengacu pada syarat kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)  No. 907 yang diubah dengan Permenkes No. 492 tahun 2010. Dalam Permenkes tersebut dikatakan, air yang layak diminum tidak mengandung E Coli atau 0 bakteri. Tapi khusus untuk jaringan perpipaan angka minimal 10. Yang terjadi dengan air PDAM Ende skornya melebihi angka tersebut.

Petrus Djata menjelaskan, hasil pemeriksaan terhadap delapan sampel air PDAM masing-masing mendapatkan angka 27, 8,8, 21, 240, 21, 96, 240 dan 96.  Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan air PDAM Ende tidak  layak dikonsumsi  manusia.

"Angka minimalnya adalah 10 namun yang terjadi melebihi angka tersebut. Hanya sampel nomor  2 yang angkanya di bawah 10 yakni 8,8 sedangkan yang lainnya jauh melebihi angka minimal," kata Petrus Djata. Menurut Petrus Djata,  masuknya kuman E Coli mungkin disebabkan pengolahan air oleh manajemen PDAM Ende tidak baik.

Dirut PDAM Ende, Drs.  Ayub Waka yang hendak dikonfirmasi terkait kualitas air PDAM Ende belum berhasil ditemui karena sedang di Kupang dalam rangka urusan dinas selama dua hari. Saat dihubungi pertelepon,  Ayub mengatakan belum bisa menanggapi karena sedang berada di luar daerah.

Secara terpisah, dosen Teknik Universitas Flores (Unflor) Ende, Irinius Kota, ST, M.Eng, mengatakan adanya bakteri E Coli dalam air PDAM Ende mencemaskan. Air minum seharusnya bersih dari segala kuman penyakit.

Menurut dia, secara teknis hal itu terjadi karena teknik pengolahan air  PDAM Ende tidak sesuai standar yang dipatok. "Bagian teknik di PDAM Ende harus memperbaiki sistem pengolahan sehingga air yang dihasilkan benar-benar berkualitas dan layak dikonsumsi manusia," kata Irinius. (rom)

Lumpur di Pantai Beringin Mulai Tutupi Jalan

Sabtu, 19 Juni 2010
Kepala Desa Pantai Beringin, Chornelis Pello berada di lokasi semburan lumpur, Selasa (8/6/2010).

KUPANG, POS KUPANG.Com -- Semburan lumpur dingin di Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, mulai meluber hingga menutupi badan poros jalan utama ke wilayah tersebut.

Informasi yang diperoleh dari Camat Sulamu Ren Dano yang membawahi Desa Pantai Beringin, di Kupang, Jumat (18/6/2010) menyebutkan, semburan lumpur dingin itu sudah berlangsung lama pada beberapa titik.

Semburan lumpur dingin terjadi di bukit Sonu,  RT 06 RW 3 Desa Pantai Beringin, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang. Semburan terjadi setiap 15 - 30 menit dengan ketinggian 10- 25 centimeter. Diameter lubang semburan pun semakin besar.

Fenomena alam ini sudah berlangsung lama. Namun baru sebulan lalu, dari lubang semburan tidak lagi keluar air asin, berganti dengan lumpur yang mirip cairan semen.

Salah satu titik semburan, terjadi di dekat poros jalan utama ke wilayah itu meluber dan mulai menutupi badan jalan.

Padahal, jalan utama ke wilayah itu menghubungkan wilayah Kecamatan Fatuleu Barat, Amfoang Utara dan Amfoang Selatan, sekaligus urat nadi kehidupan ekonomi masyarakat dari dan ke Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Warga yang melintasi poros jalan tersebut, kata dia, harus hati-hati melintas, karena lumpur dingin itu licin dan bisa memicu kecelakaan lalu lintas.   

Camat Sulamu dalam surat kepada Bupati Kabupaten Kupang Ayub Titu Eki menyebutkan, semburan lumpur dingin itu sudah berlangsung lama. Meskipun semburan tergolong kecil, namun lumpur dingin yang menyembur terus menerus menutup badan jalan dan membahayakan pengguna jalan.

Dia minta bantuan kepada pemerintah Kabupaten Kupang mengirim sebuah tim survei untuk meneliti lumpur dingin yang menyembur di Desa Pantai Beringin dan kemungkinan menutup lubang semburan agar tidak semakin meluber ke badan jalan.

Pemkab, kata dia, bisa membangun parit di pinggir jalan agar lumpur mengalir mengikuti parit, bukan meluber ke badan jalan dan  membahayakan pengendara kendaraan bermotor.

Pihaknya bersama masyarakat di Desa Beringin, katanya, sudah berinisiatif menggali parit darurat guna mengalirkan lumpur ke arah lahan yang biasa dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan.

Namun, menurut dia, sebaiknya parit dibangun secara permanen.

Penggalian parit darurat itu, kata dia, bisa mengalirkan sebagian lumpur dingin sehingga tidak menggunung dan menutupi badan jalan. Sejauh ini, lalu lintas dari dan ke wilayah itu lancar, hanya ketika melintas di dekat areal semburan lumpur, pengendaraan kendaraan bermotor harus hati-hati, agar tidak terpeleset. (ant)

Eks Pengungsi Timtim Jadi Buruh Tani

Minggu, 20 Juni 2010
 
Kupang, POS KUPANG.Com - Sebagian besar dari 250 kepala keluarga eks pengungsi Timor Timur yang masih bertahan di kamp Tuapukan, sekitar 20 kilometer arah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur, bekerja sebagai buruh tani.

"Sebagian besar dari kami yang masih bertahan di kamp darurat ini. Kami di sini bertahan hidup dengan menjadi buruh tani," kata Marcelino Lopez selaku koordinator eks pengungsi Timtim di Kamp Tuapukan, Minggu.

Marcelino menjadi koordinator bagi warga kamp asal eks Kabupaten Viqueque, Timor Timur (Timtim) yang kini telah menjadi negara Timor Leste.

Dia mengatakan para eks pengungsi  tidak bisa mendapat bantuan perumahan dari pemerintah padahal kepemilikan tanah menjadi syarat untuk mendapatkan bantuan perumahan dari pemerintah.

Sejak status mereka sebagai pengungsi berakhir pada 2001, kata dia, baru pada tahun ini sebuah gerakan kemanusiaan menyalurkan bantuan pangan, pakaian, dan pengobatan gratis untuk warga kamp.

"Bulan lalu, gerakan kemanusiaan Posko Jenggala yang dikoordinasi oleh Bapak Andi Syahrandi menyalurkan beras, jagung, dan pakaian untuk kami," katanya ketika tengah menggerakkan warga kamp untuk datang ke posko tersebut.

Pada hari Minggu, Posko Jenggala kembali hadir di kamp Tuapukan, membawa serta lima dokter umum dan empat tenaga farmasi untuk memberikan pengobatan gratis kepada warga kamp.

Menyinggung pekerjaan eks pengungsi Timtim sebagai buruh tani, dia menjelaskan setiap mengerjakan lahan milik warga Tuapukan, hasilnya dibagi dua dengan pemilik tanah. Bahkan, ada yang dibagi tiga, karena anak laki-laki dari pemilik tanah juga menuntut bagian.

"Misalnya saya panen padi 20 kaleng padi, kami bagi. Demikian juga kalau jagung, semua harus dibagi dengan pemilik tanah. Jadi, kami hanya memperoleh sebagian kecil saja untuk memberi makan anak-istri," ujarnya.

Ia lantas mencontohkan dirinya yang punya lima anak. Marcelino Lopez mengaku setengah mati banting tulang, sedangkan pemerintah tidak memberikan bantuan lagi untuk eks pengungsi Timtim.

Ketika tengah diwawancarai, Marcelino juga terus menerima telepon dari sebuah stasiun televisi nasional yang menanyakan kondisi kehidupan eks pengungsi di kamp tersebut.

Marcelino mengaku wawancara dari stasiun televisi itu berkaitan dengan peringatan Hari Pengungsi Sedunia.

Ia mengatakan di kamp Tuapukan terdapat sekitar 250 kepala keluarga (KK), sementara yang berada di bawah koordinasinya sekitar 98 KK asal Viqueque (ant)

Lima Bak Air Tidak Berfungsi

Senin, 21 Juni 2010
Bak air yang tidak dimanfaatkan.

KUPANG, POS KUPANG.Com -- Sebanyak lima bak air program Pamsimas di di RT 01 dan RT 02 Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, tidak berfungsi. Kelima bak itu tidak digunakan menyusul mesin penyedot air sumur bor rusak.

Ketua RT 02 Kelurahan Alak, Samuel Nifu didampingi Alex Nifu (warga) mengungkapkan hal tersebut saat ditemui di kampung lama Alak, Sabtu (19/6/2010).

Nifu menjelaskan, ada sumur bor yang dibangun oleh pemerintah Propinsi NTT dan sudah diserahkan kepada pemerintah Kota Kupang. Selanjutnya, sumur bor tersebut diserahkan lagi kepada masyarakat untuk dikelolah.

"Sejak satu tahun lalu, mesin di sumur bor rusak sehingga tidak bisa memompa air lagi ke bak-bak penampung yang ada. Di sini ada lima bak penampung dengan satu bak penampung di dekat sumur bor adalah bak penampung paling besar, kapasitasnya sekitar 10 ribu liter," jelas Nifu.

Setelah mesin sumur bor rusak, bak penampung yang ada tidak berfungsi lagi. "Kami sudah memberikan pemberitahuan kepada lurah Alak mengenai kesulitan ini dan dari lurah juga sudah meminta kepada PLN agar kalau bisa ada sambungan listrik yang bisa langsung ke mesin tersebut sehingga warga tidak perlu membeli bahan bakar lagi," katanya.

Menurut Nifu, mereka telah memanggil salah satu teknisi untuk melihat kerusakan mesin namun untuk perbaikannya dibutuhkan biaya sekitar Rp 2 juta. "Biaya tersebut sangat besar bagi warga yang mata pencahariannya adalah petani dan peternak," ujar Nifu.

Dijelaskannya, dengan kondisi mesin rusak maka warga mengalami kesulitan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, warga harus membeli air dari mobil tangki. Harga satu tangki air bervariasi antara Rp 60 ribu sampai Rp 70 ribu. Warga yang tidak mampu terpaksa mengambil air dari sumur bor di TPA Alak yang jaraknya tiga kilometer dari pemukiman penduduk.

Alex Nifu menambahkan, masalah kerusakan mesin sudah dilaporkan ke pemerintah kelurahan. "Kalau tidak rusak maka sekitar 60 KK di sini tidak kesulitan mendapatkan air," katanya. (ira)

Korban Kue Jagung Bertambah

Kamis, 17 Juni 2010
POS KUPANG/EUGENIUS MOA
Perawat RSUD TC Hillers Maumere merawat salah satu korban keracunan jagung, Selasa (15/6/2010)
 
MAUMERE, POS KUPANG.Com  -- Korban tewas akibat keracunan kue jagung di Gusung Karang, Desa Kojagete, Pulau Kojadoi, Sikka bertambah satu orang. Korban ketiga adalah Syaiful (12). Syaiful meninggal dunia Rabu (16/6/2010) pukul 09.45 Wita di RSUD TC Hillers Maumere.

Kepergian Syaiful menyusul  adiknya Irma (7) yang meninggal dunia, Senin (14/6/2010) malam di Gusung Karang, Desa Kojagete dan kakaknya Syahrul yang meninggal dunia, Selasa (15/6/2010)  siang di RSUD TC Hillers.

Kemarin siang, jenazah Syaiful dibawa dengan  perahu motor menuju  Kojagete untuk dimakamkan berdampingan dengan adiknya Irma yang  telah  dimakamkan pada Selasa siang. Sedangkan kakaknya Syahrul dimakamkan di pemakaman umum  Islam di Waipare, Selasa (15/6/2010) pukul 22.00 Wita.    Kepergian ketiga kakak beradik menciptakan kesedihan  mendalam bagi ayah mereka  Syamsul (43) dan sanak keluarga.

Syamsul berharap istrinya, Suryani (32) dan putri pertama atau anak kedua  dari empat bersaudara, Salma (13) bisa segera pulih. Sampai kemarin kondisi Suryani dan Salma masih kritis.

Keterangan dihimpun di RSUD TC Hillers, Rabu pagi menyebutkan, kondisi Syaiful semakin turun Selasa malam. Tim medis sudah berupaya maksimal, namun tak berhasil menyelamatkan  Syaiful. Paman korban,  Idiman (43)  melukiskan musibah ini sangat mengerikan. Tiga kakak adik meninggal dalam jeda waktu tak lama.  Dia tak pernah bayangkan kue  jagung pulut  yang disebut warga setempat tapilangi  menjadi sumber malapetaka.

Kondisi Suryani dan  anaknya Salma yang kritis akhirnya dipindahkan  dari ruang perawatan di UGD ke  kamar ICU. "Tadi malam mereka pindah ke sana," ujar Idiman, kemarin.
Idiman heran tapilangi yang sering dikonsumi menjadi  beracun  dan merenggut tiga nyawa. Selama ini masyarakat di Kojadoi selalu makan tapilangi yang merupakan makanan tradisional warisan nenek moyang. "Mereka tidak pernah keracunan. Kenapa keluarga saya makan dan mati," keluh Idiman.

Dia menampik kemungkinan ada unsur kesengajaan dari oknum tertentu terhadap keluarga Syamsul.  Selama ini hubungan keluarga Syamsul dengan kerabat dan keluarganya baik-baik saja. "Mereka tidak cekcok," kata Idiman.

Syamsudin, kerabat Syamsul menambahkan, kondisi Syaiful terus menurun sejak Selasa malam.  Anak ketiga pasangan Syamsul dan Suryani ini meninggal, Rabu pukul 09.45 Wita.
Syamsudin menambahkan, kondisi Suryani dan Salma pun  turun drastis pada Selasa malam.

Oleh karena itu minta  kepada paramedis agar kedua pasien tersebut dipindahkan dari ruang perawatan UGD  ke  ICU.  Salma dilukiskannya lebih bugar dari ibunya dan Syaiful pada Selasa siang. Namun, pada malam  hari kondisinya menurun sehingga dipasangi infus dan tabung oksigen. (ius)

Jalan di Wemer Nyaris Makan Korban

Senin, 14 Juni 2010
 
ATAMBUA, PK---Jalan propinsi jurusan Halilulik-Betun saat ini rusak berat. Belum ada upaya perbaikan oleh Pemerintah Propinsi NTT. Ruas jalan di kawasan Hutan Wemer belum lama ini nyaris makan korban karena sebagian titik mengalami longsor.  DPRD Belu berharap pemprop bisa mengambil langkah sebelum ada korban jiwa di titik jalan ini.

Hal ini diutarakan anggota DPRD Belu, Marius Bhoko, dan Wakil Ketua DPRD Belu, Magdalena Tiwu Samara, kepada Pos Kupang secara terpisah di Atambua, Jumat (11/6/2010). Marius menjelaskan, saat kunjungan kerja ke utara maupun selatan Belu, sebagian besar jalan propinsi kondisinya rusak berat. Beberapa titik rawan kecelakaan, terutama di kawasan Hutan Wemer, dimana tebing jalan sebagian longsor. Apabila tidak ditangani segera maka jalur ini bakal putus.

"Beberapa mobil melintas di kawasan Hutan Wemer nyaris makan korban. Selain jalannya sempit, juga ruas jalan separuh terkikis banjir. Ada mobil tergelincir nyaris masuk jurang, untung  terhalang pohon. Pemerintah propinsi melalui Dinas PU NTT  secepatnya mengatasi jalur ini sehingga tidak ada korban jiwa," kata Marius.

Tiwu Samara mengatakan, dalam rapat internal dengan Komisi C, anggota Dewan yang ditugaskan memantau proyek jalan  propinsi maupun kabupaten menemukan banyak ruas jalan  rusak. Ruas paling banyak rusak, yakni jalan propinsi di selatan maupun utara Belu. Kondisi ini ikut menghambat akses perekonomian warga dari daerah sentra produksi ke Atambua maupun ke Kupang.

Sementara Magdalena Tiwu minta Pemprop NTT tidak menelantarkan jalan yang ada. "Kita usulkan pemprop melalui Dinas PU NTT supaya jalan propinsi di Belu bisa diperhatikan di tahun 2010 ini. Kasihan masyarakat  dari utara maupun selatan yang mau jual hasil pertanian dan perkebunan tapi jalan rusak. Jalan rusak  juga membuat pemilik kendaraan tidak mau mengoperasikan kendaraannya karena risiko kerusakan sangat besar.

Sebagai pimpinan DPRD Belu, saya harapkan Dinas PU NTT menganggarkan sebagian dana agar jalan propinsi di Belu bisa  tertangani. Saya lihat  jalan di Hutan Wemer kondisinya rusak berat. Ada tiga kendaraan hampir terjungkal ke jurang karena ada longsoran. Untung tertahan dahan pohon nangka dan kelapa," ujar Magdalena.(yon)

14 Pengidap HIV/AIDS di TTU

Sabtu, 19 Juni 2010
Dua orang meninggal

KEFAMENANU, POS KUPANG. com -- Selama Januari hingga April 2010, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sebanyak 14 orang. Dua di antaranya sudah meninggal.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan TTU, dr. Michael Suri, M.M, didampingi Kepala Seksi Survei, Bene Tumbes, saat  ditemui Pos Kupang, Kamis (17/6/2010).

Dokter Michael menjelaskan,  dua dari 14 orang pengidap HIV/AIDS  sudah meninggal dunia. Ada yang berprofesi sebagai buruh, sopir, pembantu, karyawan hotel, dan ibu rumah tangga. Enam orang laki-laki dan delapan orang perempuan.

Tentang rincian tempat tinggal para pengidap, dia menjelaskan, empat orang berasal dari Kecamatan Miomaffo Timur, tiga orang dari Insana, satu orang dari Bikomi Tengah, satu orang dari Noemuti dan selebihnya dari Kota Kefamenanu.

Dia mengatakan, kebanyakan para pengidap HIV/AIDS adalah penduduk asli TTU yang pulang merantau. Mereka rata-rata masih berusia produktif.

Jika dibandingkan tahun lalu, jelas Michael Suri, jumlah penderita mengalami peningkatan. Data riil sepanjang tahun 2009, terdapat 19 penderita HIV/ AIDS dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak sembilan orang.

Rendah pemahaman
Dokter Michael  menjelaskan, pemahaman masyarakat mengenai bahaya HIV/AIDS umumnya masih rendah. Bahaya yang utama ialah berhubungan intim dengan tidak menggunakan pengaman.

"Intinya, menjaga kebersihan dan tidak berganti-ganti pasangan. Para pasien yang terindikasi HIV/AIDS diberikan pendampingan agar tidak menular kepada orang lain," jelasnya.

Gejala penyakit HIV/AIDS, jelas Michael, hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan di laboratorium darah. Sedangkan gejala fisik berupa penyakit yang tidak kunjung sembuh. Misalnya, batuk-batuk atau diare. Kondisi ini kemudian disertai dengan berat badan yang menurun karena virus menyerang daya tahan tubuh. (dd)

Masalah Serius di NTT

Sabtu, 19 Jun 2010
MASALAH kemiskinan di Indonesia maupun di NTT telah menjadi masalah serius. Dengan demikian, upaya penanggulangannya sudah diamanatkan dalam konstitusi dan telah menjadi bagian dari pelaksanaan mandat UUD 1945.

Pemerintah pun telah menetapkan masalah kemiskinan menjadi prioritas utama dalam pembangunan yang mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan (SNPK).

Terkait masalah tersebut, maka Pemprov NTT menggelar rapat koordinasi (Rakor) penanggulangan masalah sosial di NTT yang dihadiri oleh Asisten Administrasi umum Setda NTT, Ansgerius Takalapeta, para bupati serta para asisten se-Provinsi NTT yang bertempat di aula utama El Tari, Kamis (17/6).

Dalam sambutannya ketika membuka Rakor tersebut, Ans Takalapeta, mantan bupati Alor itu mengatakan, dalam upaya mendukung agenda pembangunan tersebut, Pemprov NTT bertekat dan terus mendorong peran birokrasi untuk menjalankan tanggungjawab yang serius dengan prinsip pelayanan publik yang cepat, murah dan beretika.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik NTT, hingga tahun 2009 jumlah rumah tangga miskin di NTT sebanyak 553.770 KK/RTM dari total rumah tangga miskin yang ada di NTT yaitu sebanyak 988.761 KK/RT.

Menurutnya, salah satu sasaran pembangunan dalam penanggulangan masalah kemiskinan di NTT yang telah ditetapkan oleh pemerintah NTT pada tahun 2010 adalah menurunkan angka tingkat kemiskinan menjadi 21,96 persen. Dijelaskan dalam sambutannya, sesuai data BPS NTT, keadaan di tahun 2009 persentase pengangguran di NTT masih cukup tinggi dengan angka 3,73 persen.

Sedangkan tujuan dari kegiatan rakor tersebut adalah untuk mendapatkan data baru, mengiventarisir berbagai program dan penanggulangan masalah kemiskinan di NTT, merumuskan dan menetapkan langkah-langkah strategis yang perlu disepakati serta mewujudkan koordinasi yang sinergis dari berbagai pihak terkait. (mg-10)

Masalah Pencemaran Laut Timor

Senin, 21 Jun 2010
DPD Minta Data, YPTB Minta Dana
KUPANG, Timex--Berlarut-larutnya masalah pencemaran Laut Timor akibat tumpahan ladang minyak Montara mendapat perhatian serius para senator di Jakarta. Salah satunya adalah dari Paul Liyanto, senator asal NTT yang meraih suara tertinggi dalam Pemilu Legislatif lalu.

Paul Liyanto mengakui hingga saat ini kajian tentang jumlah kerugian akibat pencemaran Laut Timor belum selesai. Data kerugian pun belum dikantongi Tim Nasional yang dibentuk Pemerintah Pusat. Sementara pemerintah daerah pun belum bisa memberikan data akurat.
"Kita tidak berikan data riil tentang kerugian yang dialami masyarakat di pesisir pantai. Yang dibutuhkan itu adalah data pemeriksaan terhadap sampel rumput laut yang rusak terkena minyak. Nah, data ini yang tidak akurat, sehingga belum diketahui pasti berapa besar kerugiannya," tandas Paul Liyanto Sabtu (19/6) saat berkunjung ke redaksi Harian Pagi Timor Express.

Paul--sapan karibnya-- mengaku dirinya sudah pernah bertemu Menteri Perhubungan terkait kasus ini, namun belum ada tindaklanjut karena masih terkendala kekurangan data.
Menurut Paul, sebelumnya diusulkan biaya ganti rugi sebesar Rp 500 miliar, namun belum disetujui karena tidak ada data akurat. Oleh karena itu, masih dibutuhkan kajian lebih lanjut.

"Jangan sampai bukan Rp 500 miliar tapi US$ 500 miliar. Jadi kita masih kendala data akurat tentang kerugian ini. Tes kerusakan rumput laut itu seperti tes DNA, jadi harus dites di laboratorium, sehingga diketahui apakah kerusakan itu akibat tumpahan minyak itu atau bukan. Kalau memang positif karena tumpahan minyak, maka tinggal dihitung berapa banyak yang mengalami kerusakan. Data ini yang belum lengkap," kata Paul.

Bangun Kantor DPD di Daerah

Paul Liyanto juga menjelaskan, DPD sudah merencanakan pembangunan kantor perwakilan di ibukota provinsi sesuai UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susduk MPR, DPR dan DPD pada Pasal 227 ayat (4). Oleh karena itu, telah disepakati agar kantor perwakilan DPD NTT segera dibangun di Kupang.

Menurut Paul, dengan adanya kantor perwakilan di masing-masing provinsi diharapkan para anggota DPD dapat lebih dekat dengan masyarakat di daerah. Selain itu, anggota DPD dapat melihat langsung fenomena di dan kondisi riil di daerah, sehingga akomodasi dan aspirasi yang disampaikan ke pusat nantinya diharapkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah. "Kantor ini menjadi media untuk memudahkan masyarakat berkomunikasi dengan wakil daerahnya.

Paul juga menjelaskan, beberapa rencana strategis DPD pada periode 2010 hingga 2014 adalah mengenai otonomi dan perimbangan kekuasaan pusat dan daerah dalam rangka pemerataan pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat di daerah. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan pendayagunaan sumber daya alam nasional sebagai prime mover pertumbuhan perekonomian daerah dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Tak ketinggalan, turut mengontrol peningkatan dana transfer ke daerah. "Masih ada beberapa hal yang menjadi perhatian DPD adalah peningkatan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, pertimbangan rancangan anggaran dan pendapatan belanja negara, pengawasan pelaksanaan APBN dan pemeriksaan keuangan negara, penyusunan program serta urutan prioritas pembahasan RUU sebagai usulan DPD untuk Prolegnas," jelas Paul.

Dijelaskan juga tentang RUU yang menjadi prioritas pembahasan di DPD tahun 2010 yakni RUU Kelautan, RUU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, RUU tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 32 2004 tentang Pemerintah Daerah, RUU tentang administrasi Daerah, RUU tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah, RUU tentang Informasi Geospasial dan RUU tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

"Ini berbeda dengan saat UU Nomor 10 tahun 2004 masih berlaku di mana DPD tidak pernah diikutsertakan dalam pembahasan prolegnas. Untuk itu DPD saat ini sedang mendalami UU Nomor 10 tahun 2004 tersebut. Prolegnas menjadi salah satu sarana DPD untuk memperjuangkan kepentingan lokal atau daerah di tingkat nasional," urai Paul.

Umumkan Hasil Investigasi


Sementara Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni kepada pers di Kupang, Sabtu (19/6) mendesak pemerintah Australia untuk segera mengumumkan hasil temuan dan rekomendasi Komisi Penyelidik Australia yang dibentuk Pemerintah Federal Australia. "Komisi ini menyerahkan hasil temuan dan rekomendasinya kepada Pemerintah Australia pada Jumat (18/6) 2010, namun Pemerintah Australia masih membungkusnya rapat-rapat dan belum mau mengumunkannya secara terbuka kepada publik," kata Ferdi.

Ia mengatakan, alasan Pemerintah Australia yang disampaikan PM Australia Kevin Rudd dan Menteri Sumber Daya Martin Ferguson bahwa Pemerintahannya masih akan mempelajari temuan dan rekomendasi Komisi Penyelidik Australia yang dihasilkan dari sebuah investigasi yang dilakukan sejak bulan Nopember 2009 terhadap meledaknya sumur minyak West Atlas di ladang Montara yang terletak di Laut Timor pada tanggal 21 Agustus 2009 lalu dan telah mencemari perairan Australia Barat-Utara dan Indonesia itu.

“Tidak ada alasan bagi Pemerintah Australia untuk memperlambat penyampaian temuan dan rekomendasi kepada publik karena seluruh proses investigasi yang dilakukan oleh Komisi Penyelidik sejak awal telah dilakukan secara terbuka dan transparan kepada publik," katanya.
Di dalam investigasinya jelas dia, Komisi Penyelidik menemukan bahwa, senior supervisor PTTEP Australasia Noel Tresurer mengakui dirinya salah menghitung volume/konten semen yang dimasukkan kedalam sumur minyak itu sebelum meledak,yang mengakibatkan ledakan di Blok West Atlas.

Sementara itu manajer sumur minyak yang bertanggungjawab atas pekerjaan di Blok West Atlas Donald Millar mengakui telah lalai dan kurang tekun melakukan pengontrolan dalam pekerjaan itu serta tidak mengelak bahwa dirinya kurang memiliki keahlian yang cukup untuk melakukan pekerjaan itu. ”Seharusnya saya sudah dapat melihat kesalahan itu dan mengantisipasinya minimal 6 minggu sebelum terjadinya ledakan tersebut”,kata Noel Tresurer dan Donald Millar yang dikutip Ketua YPTB Ferdi Tanoni dari hasil investigasi Komisi Penyelidik Australia.

Ia menambahkan, pemerintah Federal Australia didesak mantan agen imigrasi Keduataan Besar Australia ini agar tidak membuat berbagai alasan untuk perlambat umumkan hasil investigasi Komisi Penyelidik Australia dengan tujuan-tujuan tertentu.

Pemerintah Australia kata dia, harus mengakui bahwa ledakan sumur minyak di Blok West Atlas bukan hanya sebagai sebuah kelalain yang dilakukan akan tetapi merupakan sebuah bentuk kejahatan terhadap lingkungan dan kemanusiaan yang harus dituntut secara perdata dan pidana terhadap pelakunya atau yang bertanggungjawab.

Penulis buku Skandal laut Timor,Sebuah barter Politik Ekonomi Canberra Jakarta ini juga meminta Presiden Susilo bambang Yudhoyono untuk memerintahkan Menlu Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhamad Hatta untuk segera mendapatkan hasil investigasi Komisi Penyelidik Australia secara lengkap dari Pemerintah Australia. Sebab jelas dia, yang paling dirugikan dalam bencana Montara ini adalah Indonesia.

Terlebih lagi sejak bencana Montara ini terjadi selama 10 bulan perusahaan yang bertanggungjawab yakni PTTEP Australasia dan Pemerintah Australia tidak pernah menunjukkan kepeduliannya dalam mengantisipasi meluasnya ribuan barel minyak mentah,gas,condensat,zat timah hitam dan bubuk kimia berbahaya “dispersant” di perairan Indonesia.

Bila dibandingkan dengan ledakan sumur minyak di teluk Mexico,Presiden AS Barrack Obama langsung menuntut British Petroleum untuk membayar ganti rugi minimal 20 miliar dolar AS (190 triliun rupiah) dan diharuskan membersihkan tumpahan minyak dan memulihkan kembali berbagai kerusakan yang terjadi di laut.Bahkan Barrack Obama samakan ledakan sumur minyak di teluk Mexico lebih dahsyat dari kasus ledakan World Trade Centre 11 September 2000 lalu.Bahkan ia langsung mengeluarkan moratorium terhadap pengeboran minyak laut dalam.

Pernyataan Barrack Obama ini sangatlah tepat,sebab akibat dari tumpahan minyak yang terjadi itu telah mematikan puluhan ribu orang yang menggantungkan nasibnya di laut serta kerusakan alam yang maha dahsyat terjadi. "Sama halnya dengan bencana Montara di Laut Timor telah pula mengorbankan puluhan ribu orang Indonesia di Timor Barat,Rote Ndao,Sabu,Alor,Sumba,Flores dan Lembata yang menggantungkan nasibnya di Laut serta seluruh masyarakat di Nusa Tenggara Timur yang mengkonsumsi ikan dan biota laut lain," pungkasnya. (sam/vit)

Gelombang Tinggi, Feri Batal Berlayar

Sabtu, 19 Jun 2010
KUPANG, Timex - Angin kencang serta tingginya gelombang laut Sawu dan sekitarnya membuat penyeberangan Kupang-Sabu tidak bisa dilakukan, Jumat (18/6) kemarin.
Penumpang yang sudah berada di pelabuhan Bolok dengan tujuan Sabu terpaksa pulang karena ASDP tidak berani melakukan pelayaran. Manager Operasional ASDP cabang Kupang, Arnoldus Yansen yang dihubungi Timor Express, Jumat (18/6) kemarin menjelaskan, jadwal pelayaran Kupang-Sabu tidak bisa dilakukan atau batal akibat tingginya gelombang laut dan angin kencang yang terjadi akhir-akhir ini.

"Hari ini pelayaran ke Sabu batal. Ini akibat gelombang laut yang tinggi di laut Sawu dan sekitarnya serta angin yang cukup kencang sehingga kita terpaksa membatalkan pelayaran ke Sabu. Kapal dari Sabu saja baru sampai jam sembilan pagi. Padahal, mereka berangkat dari Sabu jam 12 siang hari Kamis itu. Artinya bahwa memang kita tidak bisa paksakan pelayaran. Ini demi keselamatan kita bersama," ujar Arnoldus.

Dijelaskan, jadwal penyberangan feri Sabu memang telah ditepakan yakni hari Senin dan Jumat. Namun jadwal tersebut bisa saja berubah atau batal apabila cuaca tidak mengizinkan untuk sebuah pelayaran. Jika hari Senin cuacanya tenang dan bisa berlayar, maka penyebaran Kupang-Sabu bisa dilakukan.

"Hari Senin kita lihat nanti. Kalau memang cuacanya bisa bersahabat dan memungkinkan kita untuk berlayar, maka hari Senin pasti ada pelayaran. Tapi ingat, tergantung cuacanya seperti apa nanti," tegas Arnoldus.

Dijelaskan, memasuki musim angin timur sejak awal Juni, memang diatur sedemikian rupa agar pelayaran Kupang-Sabu dan sebaliknya tidak memungkinkan untuk dua kali pelayaran dalam seminggu, maka hanya dilakukan sekali pelayaran dalam seminggu yakni setiap hari Senin. Untuk jadwal hari Jumat sudah dua minggu berturut-turut tidak ada penyeberangan feri dari Kupang ke Sabu.

Terpisah, Julius Mamo, salah satu penumpang tujuan Sabu yang ditemui Timor Express di pelabuhan Bolok mengatakan, dirinya sangat memaklumi apa yang dilakukan ASDP, sehingga kalau memang dirasakan bahwa tidak nyaman untuk suatu penyeberangan yang diakibatkan cuaca, maka seyogyanya tidak perlu dilakukan dan itu harus dimaklumi para pengguna jasa atau penumpang feri khususnya lintasan Kupang-Sabu.

"Saya memahami apa yang dilakukan pihak ASDP karena memang mereka pikir tidak layak untuk berlayar. Mau dipaksakan untuk apa? Sebab, lintasan Sabu tidak seperti lintasan Rote yang hanya tiga atau empat jam berlayar, sehingga kalau mereka bilang batal, ya kita taat saja untuk apa kita paksakan," ujar Julius.

Diakui, dirinya memang ada urusan keluarga yang sangat penting di Sabu. Tapi tidak bisa mengesampingkan kenyamanan dan keselamatan dalam berlayar. Sebab, tipe kapal seperti feri memang bukan untuk lintasan yang bergelombang tinggi, sehingga diharapkan pelayaran dari armada Pelni sangat diharapkan karena memang masih bisa berlayar dengan keadaan cuaca seperti sekarang.

"Ini kapal feri kan tidak bisa berlayar kalau gelombangnya sudah cukup tinggi dan riskan. Sehingga kita harapkan apa yang pernah dikatakan penjabat bupati Sabu Raijua dan kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT bahwa akan ada pelayaran dari Pelni, itu yang bisa membantu kita pada saat sekarang. Katanya kan mau bulan Juni sekarang sudah mau bulan Juli, tapi belum ada realisasi kapal dari Pelni," kata Julius.

Pantauan Timor Express di pelabuhan Bolok, sekira pukul 10.00 Wita, sudah banyak penumpang tujuan Sabu yang menunggu kapal feri. Namun setelah ada pengumuman dari pihak ASDP bahwa pelayaran Kupang-Sabu dibatalkan, maka para penumpang terpaksa pulang dan mununggu kapal feri hari Senin (21/6) mendatang. (kr9)

Sumba Tengah Gelar Operasi Padang

Kamis, 17 Jun 2010
Eliminir Pencurian Ternak
WAIBAKUL, Timex - Kepala Kesbang Pol Pemkab Sumba Tengah, Umbu Windi mengungkapkan, pencurian ternak masih menjadi persoalan esensial wilayah Sumba dan Sumba Tengah khususnya. Sebabnya, perlu dilakukan pencegahan melalui operasi padang.
Umbu Windi kepada Timor Express melalui telepon selulernya dari Waibakul ibukota Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (15/6) menegaskan, setelah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait, dalam waktu dekat ini, Pemkab Sumba Tengah akan menggelar operasi padang. “Kita maksudkan agar kasus pencurian ternak yang terjadi akhi-akhir ini bisa dieleminir. Kita harapkan kegiatan ini juga bias berdampak luas,” tandasnya.

Operasi padang tersebut demikian Umbu Windi, atas prakarsa bupati Sumba Tengah, Umbu Sappi Pateduk. “Pak bupati yang memprakarsai digelarnya operasi padang ini. Itu karena kepedulian pak bupati yang tinggi terhadap kehidupan rakyat Sumba Tengah yang mayoritasnya menggantungkan hidupnya di sektor peternakan dan pertanian. Bagaimana nasibnya bila ada rakyat Sumba Tengah yang hanya memiliki satu atau dua ekor ternak tapi ternak tersebut harus hilang karena dicuri orang,” imbuhnya.

Menurut Umbu Windi, Sumba Tengah juga merupakan daerah transit bagi penyelundupan ternak asal Kabupaten Sumba Timur. Untuk memutus mata rantai penyelundupan ternak itu demikian Umbu Windi, perlu adanya koordinasi antarempat kabupaten yang ada di wilayah tersebut yakni Kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Timur.

Dari informasi yang diperolehnya papar Umbu Windi, modus operandi yang dilakukan para pencuri ternak adalah dengan menyiramkan oli bekas di truk yang digunakan untuk mengangkut ternak. “Dengan begitu, ternak yang ada dalam truk tersebut tidak dapat berdiri, sehingga tidak terpantau oleh warga ataupun petugas di pos perbatasan wilayah kabupaten. Jadi sekitar 100 ekor ternak asal Sumba Timur yang diselundupkan keluar Sumba.

Para pencuri ternak itu transitnya melalui Sumba Tengah menuju Kabupaten Sumba Barat Daya sebelum diangkut keluar Sumba. Itu belum termasuk ternak asal Kabupaten Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Hemat saya, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah melalui operasi padang,” tukasnya. (jun)

Kasus Korupsi Pembangunan RSUD SoE

Jumat, 18 Jun 2010
Lima Tersangka Korupsi Ditahan
SOE, Timex--Setelah mantan Direktris RSUD SoE, Jeane Wondal dan Ketua Komisi C DPRD TTS, Thimotius Tapatab dijebloskan ke Rutan SoE, Rabu (16/6) kemarin, lima tersangka lainnya menyusul.

Kamis (17/6) kemarin, penyidik Polres TTS kembali menyerahkan lagi lima tersangka dalam kasus korupsi pembangunan gedung rawat inap RSUD SoE. Kelima tersangka itu yakni, Panitia PHO, Johanis Liunokas, Otniel Tulle, Aleksander Tefu, Muhamad Basuni dan Noldi Yola Tallo.
Kapolres TTS, AKBP Tito Basuki Priyatno kepada wartawan Kamis (17/6) mengatakan, setelah penyerahan lima tersangka ini maka tinggal Direktur PT. Almandira Sakti, Joneri Bukit yang belum diserahkan. "Saat ini yang bersangkutan katanya masih berada di Surabaya namun penyidik sudah memanggilnya," imbuhnya.

Setelah diserahkan, lima tersangka ini langsung ditahan sesuai surat perintah penahanan oleh Plh Kejari SoE, Suhadi. Kelima tersangka ditahan selama 20 hari terhitung tanggal 17 Juni sampai tanggal 6 Juli 2010 mendatang. Alasan penahanan kelima tersangka karena dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.

Kelima tersangka selaku panitia PHO saat itu telah melakukan tindak pidana korupsi pembangunan gedung rawat inap RSUD SoE tahun anggaran 2007 hingga merugikan negara senilai Rp 97.649.014,60. Kelimanya diduga melanggar pasal 2 dan pasal 3 UU 31/1999 yang telah diubah dengan UU 20/2001 tentang tindak pidana korupsi.

Penasehat hukum kelima tersangka, Filmon Polin mengatakan telah mengajukan penangguhan penahanan namun tidak diterima. Upaya penangguhan penahanan akan kembali diajukan setelah berkas perkaranya dilimpahkan ke PN SoE.

Pantauan koran kelima tersangka dilimpahkan ke Kejari SoE sekira pukul 10.30 Wita. Kelima tersangka kemudian digiring ke Rutan SoE sekira pukul 16.00 Wita menyusul dua tersangka lainnya mantan Direktris RSUD SoE, Jeane Wondal dan Ketua Komisi C DPRD TTS yang sudah duluan ditahan.

Terpisah Kepala Rutan SoE, Lukas Dju mengaku Jeane Wondal dan Thimotius Tapatab dalam kondisi sehat setelah dijebloskan ke dalam sel.”Kondisi keduanya baik dan sehat. Kebetulan hari ini (kemarin red) jadwal kunjungan dokter Rutan dan keduanya dinyatakan baik dan sehat,” jelas Lukas Dju.

DPRD TTS kata Ketua DPRD TTS, Eldat Nenabu dan Wakil Ketua, Ampera Seke sangat menghormati proses hukum yang melibatkan Ketua Komisi C DPRD TTS, Thimotius Tapatab.
Menurut Eldat Nenabu pengambilan sikap terhadap Thimotius Tapatab dilaksanakan setelah ada putusan hukum tetap. Sementara tugas-tugas Komisi C DPRD TTS tetap berjalan seperti biasa tidak terganggu meski ketua komisi sementara dalam tahanan. "Karena jika ketua komisi tidak berada ditempat, masih ada pimpinan lain yakni wakil ketua dan sekertaris untuk ambil alih melaksanakan tugas," imbuhnya.

Sementara Ampera Seke Selan yang juga ketua DPC Partai Demokrat TTS mengatakan, partainya baru akan mengambil sikap tegas ketika sudah ada putusan hukum tetap. "Sementara biarlah proses hukum berjalan. Namun administrasi akan segera disiapkan," ujarnya.

Bila sudah ada putusan tetap jelas dia, DPC Demokrat TTS akan berkoordinasi dengan DPD dan DPP Partai Demokrat untuk bersikap. Posisi Thimotius Tapatab sebagai anggota DPRD TTS akan diganti dengan nama nomor urut kedua pada Pemilu Legislatif 2009 yakni Fransiska Tapatab-Feto. (dek)

Korupsi Pembangunan RSUD SoE

Sabtu, 19 Jun 2010
Tujuh Tersangka Segera Disidangkan
SOE, Timex-Paskah penahanan atas tujuh tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan gedung rawat inap lantai dua RSUD SoE yang merugikan negara Rp 110 juta akan segera disidangkan.

Berkas keenam tersangka ini segera dilimpahkan Kejari SoE ke pengadilan untuk disidangkan. "Berkas enam tersangka ini masih akan disempurnakan setelah dikonsultasikan ke Kejati NTT," kata Plh Kejari SoE, Suhadi kepada koran ini, Jumat (18/6) kemarin.

Menurut Suhadi pelimpahan berkas tersangka kasus tersebut diupayakan dalam bulan ini. Sedangkan berkas Direktur PT. Almandira Sakti, Joneri Bukit yang juga tersangka dalam kasus yang sama hingga kemarin belum dilimpahkan ke Kejari SoE. Alasan belum diserahkan karena yang bersangkutan masih berada di Surabaya dan katanya hari ini (kemarin,red) baru ia kembali dari Surabaya. Rencananya Senin (21/6) baru berkasnya diserahkan ke Kejari SoE.

Penasehat hukum Jeane Wondal, Anthon Mone kepada koran ini mengatakan pihaknya tetap akan mengajukan permohonan penangguhan penahanan. Meskipun dari segi prosedur hal ini sangat berat karena sesuai edaran Jaksa Agung menyangkut penangguhan penahanan dan pengalihan status tahanan harus seizin Kejagung. Namun kata dia, pihaknya tetap akan mengajukan permohonan penangguhan penahanan.

Diberitakan sebelumnya, setelah mantan Direktris RSUD SoE, Jeane Wondal dan Ketua Komisi C DPRD TTS, Thimotius Tapatab dijebloskan ke Rutan SoE, Rabu (16/6) kemarin, lima tersangka lainnya menyusul. Kamis (17/6) kemarin, penyidik Polres TTS kembali menyerahkan lagi lima tersangka dalam kasus korupsi pembangunan gedung rawat inap RSUD SoE. Kelima tersangka itu yakni, Panitia PHO, Johanis Liunokas, Otniel Tulle, Aleksander Tefu, Muhamad Basuni dan Noldi Yola Tallo.

Kapolres TTS, AKBP Tito Basuki Priyatno kepada wartawan Kamis (17/6) mengatakan, setelah penyerahan lima tersangka ini maka tinggal Direktur PT. Almandira Sakti, Joneri Bukit yang belum diserahkan ke Kejari SoE. (dek)